Thursday, August 25, 2011

Mengapa Operasi Pasar Libatkan Peritel Modern?

Satu bulan menjelang lebaran atau persisnya menjelang bulan puasa tanpa dikomando semua barang beranjak naik. Meskipun pemerintah melalui Menteri Perdagangan dan berbagai instansi berkali-kali meyakinkan masyarakat bahwa stok pangan cukup herannya seperti tidak berujung ke pasar. Tetap saja konsumen akan mendapatkan fakta bahwa semua barang bergerak naik.

Lalu seperti biasa, sikap pemerintah yang reaktif akan langsung meluncurkan operasi pasar. Operasi pasar tidak lain adalah intervensi pemerintah ke pasar, biasanya yang dituju adalah pasar tradisional. Agak ironis memang. Sepertinya pemerintah bersama-sama beberapa instansi memusuhi pasar tradisional. Mengapa begitu?

Harga pasar terbentuk atas penawaran dan permintaan atau hukum supply dan demand. Jika permintaan meningkat maka akan terjadi kenaikan harga. Intervensi dalam bentuk apapun sebenarnya mencoba mengatur pasar. Apa yang salah? Sekilas pemerintah seolah ingin melindungi konsumen, tetapi di sisi lain juga sepertinya menghajar kesempatan dari pedagang tradisional.

Fenomena yang menarik, paling tidak saya lihat sendiri di sebuah foto di surat kabar nasional, operasi pasar melibatkan peritel modern. Tampak spanduk hypermarket besar berinisial “C” dan “H” terpampang di sana. Di berita lain juga dikatakan bahwa pengecer yang bekerja sama dilibatkan dalam operasi pasar. Ini sungguh sebuah kejutan bagi saya.

Bukankah selama ini peritel modern selalu dijadikan kambing hitam atas menurunnya omzet pasar tradisional? Mengapa justru kini pemerintah seolah membenturkan kepentingan pasar tradisional dengan pasar modern? Secara kasat mata, operasi pasar bagi peritel modern adalah sebuah ajang promosi, selain meraup untung sekaligus mempromosikan keberadaannya. Dan juga sebuah penegasan bahwa peritel modern lebih mampu menyediakan “harga murah” dibanding pasar tradisional.

Di sisi lain pedagang pasar tradisional juga harus mawas diri. Pola-pola berdagang dengan jurus aji mumpung sudah bukan waktunya lagi. Bukankah cara–cara demikian terbukti tidak efektif dan malah berbuah perlawanan bahkan dari pihak pemerintah yang seharusnya berpihak pada yang mereka yang selama ini dinilai lemah?

Sudah waktunya pedagang pasar tradisonal di bawah asosiasi pedagang pasar tradisional membangun sikap-sikap berdagang yang lebih baik. Dari pada menyalahkan kehadiran pasar modern dan ketidakberesan perijinan yang dikeluarkan pemerintah lebih baiklah jika pelaku pasar tradisional dibantu asosiasi yang menaunginya untuk berbenah dalam segala hal.

Tidak sedikit pihak yang sudah menghimbau agar pasar tradisonal berbenah. Menjadikan pasar yang nyaman dan asri. Meningkatkan pelayanan. Berdagang dengan keuntungan yang wajar untuk hubungan jangka panjang. Saat ini di mana tawaran begitu banyak konsumen memang cair sekali. Mereka bisa memiliki 3-4 alternatif tempat belanja. Jika pasar tradisional tidak berbenah maka memang hampir dipastikan omzet mereka akan terus menurun.

Omzet menurun karena dua hal. Pertama, banyaknya alternatif pusat belanja, di antaranya pasar modern. Kedua, larinya konsumen akibat ulah dari pelaku pasar tradisonal yang suka menjalankan jurus aji mumpung ketika menjelang hari raya apapun.

Christian Guswai : Konsultan, Trainer, Penulis Bisnis Retail Modern

Foto:
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/18/08231519/Hari.Ini.Ada.Pasar.Murah.di.Rawa.Badak

No comments:

Post a Comment